Makin Sulit Identifikasi Jenazah

Makin Sulit Identifikasi Jenazah

Lima Kontainer Hingga Kemarin Belum Dibuka, WNI Wafat Sementara 57 Orang MAKKAH- Setelah hampir sepekan targedi Mina berlalu, kondisi korban yang berada di tempat pemulasaraan jenazah di Muaishim mulai memburuk. Akibatnya, identifikasi korban pun semakin sulit. Karena itu, tim PPIH Arab Saudi Daker Makkah yang bertugas menelusuri korban Mina yang masih hilang mencoba mencari terobosan baru. Sejak kemarin, petugas menggandeng tim Disaster Victim Identification (DVI) Arab Saudi untuk Mencocokkan sidik jari korban dengan milik siskohat haji Indonesia. ”Sidik jari jamaah haji terekam saat masuk ke Saudi melalui bandara. Sehingga, bisa di-match dengan sidik jari jamaah yang ada di kita,” ujar Kadaker Makkah Arsyad Sanusi. \"haji-grfs\"Dengan metode pencocokan sidik jari tersebut, jumlah korban baru yang bisa diidentifikasi mencapai 11 orang. Itupun masih dari kontainer lama. Sementara lima kontainer lainnya hingga kemarin belum dibuka. “Empat kontainer dikirim ke RS Jeddah untuk dilakukan identifikasi, karena di Muaishim sangat penuh. Sehingga diharapkan identifikasi bisa cepat dilakukan,” kata Arsyad. Arsyad mengaku pihaknya sempat kesulitan untuk melakukan identifikasi korban karena kondisi korban setelah enam hari tak mudah dikenali lagi. ”Terlebih lagi jika petunjuk seperti tas, gelang,kartu identitas, dan lainnya tidak lengkap, maka akan lebih sulit lagi. Satu satu caranya dengan mencocokkan sidik jari,” tutur Arsyad. Selain dengan sidik jari, aku Arsyad, untuk mempercepat penelusuran korban peristiwa Mina pihaknya membentuk tiga tim yang masing-masing beranggotakan empat orang. Tim pertama adalah pencari data yang menghimpun data jamaah haji Indonesia yang belum kembali ke kloternya sejak peristiwa Mina. “Hari ini (kemarin) secara intensif kami keliling ke beberapa kloter dan Alhamdulillah mendapat laporan baru terkait dengan beberapa kloter yang ada jamaahnya belum kembali,” terangnya. Tim kedua adalah tim penelusuran ke beberapa rumah sakit di Arab Saudi. Seperti RS Mina Al Wadi, RS Mina Al Jisr, RS Zahir, RS Syisyah, dan RS Militer di Awali. Selain itu, penelusuran juga dilakukan di rumah sakit di luar kota Makkah, yakni RS Garda Nasional di Jeddah dan RS Hada di Thaif. Tim ketiga adalah tim identifikasi jenazah di Majma Ath-Thawari Bil Muaishim. Menurut Arsyad, ada dua pola yang digunakan dalam mengidentifikasi jenazah. Identifikasi melalui file-file yang berisi data pelengkap jamaah berupa gelang, tas, syal, DAPIH (Dokumen Administrasi Perjalanan Ibadah Haji), kartu petunjuk bus, kartu petunjuk hotel, dan lainnya. “Jika itu ditemukan, maka akan mempermudah identifikasi jenazah korban. Kalau tidak ditemukan, identifikasi dilakukan dengan mengonfirmasi (kroscek) jenazah melalui ketua kloter, ketua rombongan, ketua regu dan keluarga jenazah di kloter tersebut,” jelas Arsyad. Dengan demikian, WNI korban wafat tragedi Mina di Jalan Arab 204 hingga hari keenam mencapai 57 orang. Yaitu terdiri dari 53 jamaah haji regular yang tinggal di Mina Jadid, dan empat mukimin yang bekerja sebagai TKI. Karena sudah terlalu lama dan dikhawatirkan bisa menimbulkan penyakit, kata Arsyad, pihak pemerintah Arab Saudi sudah mulai memakamkan para korban, khususnya yang sudah teridentifikasi. “Jumlahnya berapa yang telah dimakamkan kami belum mendapat informasi,” katanya. Meski jamaah haji akan pulang ke Indonesia  terakhir 26 Oktober, namun penelursuran korban Mina masih terus dilakukan. “Kami akan terus berupaya mencari jamaah haji yang masih belum ditemukan sampai dengan saat ini dan akan dikabarkan dalam kesempatan waktu sesegera mungkin untuk memenuhi kebutuhan informasi bagi keluarga, kerabat, dan seluruh masyarakat Indonesia, terang Arsyad. ADA PERUBAHAN PERILAKU Sementara itu, hingga Senin (28/9) sebanyak 6.854 jamaah yang tergabung dalam 17 kloter sudah dipulangkan ke tanah air. Dengan demikian, proses haji secara bertahap sudah selesai. Mereka yang sudah berhaji diharapkan memperoleh kemabruran. Terlebih lagi haji tahun ini adalah haji yang paling berat karena banyaknya musibah yang dialami jamaah haji Indonesia. Sejak jatuhnya crane, hotel terbakar, tenda roboh di Arafah, dan tragedi Jalan Arab 204 Mina yang menelan korban 1000 lebih korban tewas. Kabid Bimbingan Ibadah dan Pengawasan KBIH, Ali Rokhmad berharap para jamaah haji Indonesia memperoleh kemabruran. Menurutnya, para fuqaha sepakat ibadah haji dikelompokkan dalam bagian ibadah khusus, karena memerlukan kesiapan maliyah, badaniah, dan ruhaniyah. Tidak hanya mampu membayar biaya perjalanan haji tetapi juga diperlukan fisik yang sehat. Itulah, sebabnya pahala ibadah haji tidak saja dengan diampuni dosanya seperti puasa, akan tetapi surga bagi yang mabrur. “Memperoleh haji mabrur merupakan rahasia Allah SWT, tetapi dalam kehidupan sehari-hari dapat diketahui dengan indikator,” terang Ali Rokhmad, Rabu (30/09). Apakah indikator kemabruran itu? Ali Rokhmad menjelaskan bahwa perubahan ke arah perbaikan menjadi salah satu indikator kemabruran. Menurutnya, orang yang memperoleg haji mabrur akan terhindar atau menghindari (menjaga) diri dari melakukan perbuatan dosa dan maksiat. Selain itu, mereka melakukan kebaikan dan beribadah hanya ingin memperoleh ridha Allah SWT. “Cirinya, setelah kembali ke Tanah Air ada perubahan senang memberi makan dan bertutur kata yang baik. Memberi makan di sini harus dipahami secara luas, yaitu kesadaran pelakunya peduli/berbagi rasa dengan sesama serta kesanggupan untuk berderma sebagian harta untuk fakir miskin, kaum dhuafa, dan persoalan sosial di lingkungannya,” jelas Ali Rokhmad. Dalam beberapa hari ke depan, jamaah haji Indonesia akan terus dipulangkan ke Tanah Air. Petugas haji terus berupaya memberikan layanan terbaik kepada tamu-tamu Allah (dhuyufurrahman) sampai mereka tiba di Indonesia. “Selamat kembali ke Tanah Air para Tamu Allah. Keluarga tentu akan menyambut kalian dengan rasa haru dan syukur. Tapi juga dengan harapan, akan memperoleh kemabruran dan bisa menjadi agen perubahan,” pesan Ali Rokhmad. (end)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: